Sabtu, 01 Oktober 2016

Dialektika Cinta



Oleh: Agum Silaban dan Iskandar girsang[1]
Pada tanggal 01 Oktober 2016, aku berdiskusi banyak hal bersama kawan Iskandar (biasa dipanggil Seorang Pemuda Biasa) dan kawan Robby (biasa di di panggil Lelaki yang Bertas Merah itu). Adalah sebuah hal yang lazim bagi kaum muda membicarakan atau mendiskusikan tentang lawan jenis, yang membuat pria jomblo begitu gelisah dan bertanya-tanya dengan kebingungan mereka sendiri. Kami adalah bukti dari 3 diantara 10 orang jomblo ngenes tersebut. Secara empiris kami banyak merasakan bagaimana suasana dan kegelisahan hati ketika berhadapan dengan lawan jenis yang membuat kami kocar-kacir dalam bertingkah dan hal itu secara tidak langsung membuat kami berpikir tidak teratur dan daya otak kami hilang lenyap ditelan detak jantung yang kian cepat mengetuk palung dari dasar samudera merah dalam tubuh kami.
Berdiskusi bersama kedua kawan karib yang sering kuajak dan diajak berdiskusi sama ini,  adalah jomblo-jomblo yang tangguh, dari zaman firaun baholak sampai malam ini belum pernah merasakan apa yang namanya pacaran, sungguh miris. nah, sedang aku adalah Pria Linglung yang tak kunjung usai dengan masalah pergumulan cinta yang kerap melanda hatiku. Aku sudah mengalami yang namanya pacaran, tidak seperti kawanku diatas. Walau begitu,  aku tak menganggap bahwa diriku lebih mengetahui apa itu namanya cinta, buktinya aku selalu gagal dalam percintaanku. Dan aku sendiri telah menjadi jomblo sekitar beberapa bulan yang lalu.  Aku menyadari bahwa aku adalah pria yang tidak layak untuk diperjuangkan, karena pacaran membuatku selalu terjatuh didalam  pencobaan.
Pacaran berkali-kali membuktikan bahwa,  aku tidak pernah mengerti apa yang namanya Suka, Sayang, nafsu dan Cinta, aku kerap jatuh dilubang yang sama. Kegelisahan ini menuntunku untuk mendiskusikan kepada kawan Pemuda Biasa(Iskandar) dan kawan Lelaki Bertas Merah Itu (Robby) dengan identifikasi masalah-masalah cinta yang kami hadapi, yakni suka, sayang dan cinta? Bagaimana ia datang? Apakah cinta itu materi atau ide?
Aku tahu cinta ruang lingkupnya begitu banyak, namun dalam diskusi kami memfokuskan diskusi pada Objek lawan jenis atau bahasa moderennya menyangkut pasangan hidup. Banyak pakar-pakar mengemukakan banyak teori mereka tentang cinta. Namun, toeri-teori tersebut tak kunjung memuaskan rasa penasaran kami terhadap satu kata yang dinamakan CINTA. Ada yang mengatakan bahwa cinta adalah perasaan ketertarikan kita pada seseorang yang mebuat kita terppikir-pikir dan tidak ingin meninggalkannya selamanya. Mungkin ini adalah hal yang sering dan bahkkan wajar kita rasakan dimasa-masa pertumbuhan kedewasaan kita saat ini.
Panca indra sangat berperan penting dalam pengamatan terhadap objek/materi/lawan jenis. Indera penglihatan menangkap lalu otak menerima materi, diproses, menimbulkan yang namanya ide, yang membuat pikiran selalu memikirkan dan terbayang terhadap materi yang telah datang merasuki ketenangan pikiranku. Aku tak lagi berpikir,  ini sungguh membuatku menghayal. Aku menyadari dan disadarkan oleh kawan-kawan bahwa cinta bukanlah materi dan cinta juga tidak bisa dimaterikan. Membedah cinta dengan berpikir logic juga belum menyelesaikan pergumulan cintaku. Berpikir sedalam-dalamnya (radix) membuat kawan-kawan dan aku tak mampu mendekati gadis pilihan hati kami masing-masing, ini justru membuat kami kehilangan akal sehat dari ketangguhan yang kami miliki selama ini sebagai seorang pria. Salahkah jika cinta datang dari orang yang tidak memiliki simpati kepada kita. Adakah cinta jatuh kepada orang tidak tepat (yang tidak diharapkan). Salahlah bagi mereka yang mengira bahwa cinta itu datang dari pergaulan yang begitu lama dan rayuan yang terus menerus.
Aku kembali disadarkan oleh Kahlil Gibran teorinya tentang cinta mengatakan, "cinta adalah tunas pesona jiwa dan jika tunas ini tercipta dengan sesaat, ia takkan tercipta bertahun-tahun bahkan abad.  Ketika cinta memanggilmu maka dekatilah dia walau jalannya terjal berliku, jika cinta memelukmu maka dekaplah walau pedang disela sela sayapnya melukaimu. cinta adalah satu-satunya kebebasan didunia. Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini, pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang".

Image result for cinta

Artinya Setiap lelaki mencintai dua orang perempuan, yang pertama adalah imajinasinya dan kedua adalah yang belum dilahirkan. Ketika cinta tumbuh maka rasa ingin memiliki baru tumbuh. Rasa ingin memiliki inilah yang selalu memunculkan masalah, rasa posesif, rasa ego yang paling tinggi, cemburu dan sebagainya. 
Proses terbentuknya cinta adalah dari sistem yang rumit, antara mata, otak dan hati. ketika terjadi pandangan pada mata akan membentuk gambar akan objek yang membuatnya penasaran. Dengan ini gembar telah masuk melalui mata lalu diteruskan ke otak atau daya atau kemampuan berpikir otak. Otak akan memberikan hasil gambaran, seperti senang, kagum dan lain-lain. Namun, pada bagian lain juga akan memberi penilaian pada sisi negatifnya, misalnya: “ah, sepertinya dia kurang baik, suka bohong dan lain sebagainya”. Dan tahap ini memberi lanjutan apakah kita benar-benar mencintainya secara penuh atau sekedar kagum atau kasihan saja. Hal inilah yang memerlukan proses dihati. Di hati terdapat beribu sel saraf yang memungkinkan hati dapat berpikir dan mempertimbangkan sesuatu. Hal inilah yang menentukan bahwa kita cinta atau tidak. Kemudian pikiran itu dikirim lagi ke otak dan memberi perintah apa yang harus dilakukan terhadap lawan jenis tersebut. Artinya adalah cinta itu berdialektika dan penuh pertimbangan.  Cinta harus logic dan berperasaan.  
“cinta bukanlah materi dan cinta juga tidak bisa dimaterikan, cinta hanyalah ide yang dimunculkan oleh materi”


[1] Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, UNIMED.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar