Oleh: Agum Patria Silaban[1]
Kekasih...
masihkah kelabu menyelimuti langit jiwamu?
“Saat ini,
secara perlahan angin telah membawanya pergi. Ia menjadi berwarna laksana percikan pelangi, nikmatilah walau dengan sedikit rasa.”
Berdiamlah
sejenak sayangku, dekatkan hatimu
pada-Nya. Niscaya ketenangan dan hangatnya kedamaian menyelimuti relung jiwamu.
hmmm...
Dengan kata aku menghibur, dengan hati aku tulus dan dengan perbuatan aku bertindak.
hmmm...
Dengan kata aku menghibur, dengan hati aku tulus dan dengan perbuatan aku bertindak.
Senyumlah
jiwaku,,,
Rasakan
nikmatnya angin malam menerpa jiwa-jiwa yang kesepian. Bersama rintik hujan,
dengan kehalusan jatuh menyentuh hati yang gersang oleh duka.
“kalau-kalau
dia tidak datang? Dia kemana?”
Dulu
kau ingatkan aku; “aku berulang dia datang lagi, menepis kelamnya malam bersama
angin kesejukan adalah bukti berkah dan cinta-Nya dan kau tau itu. Aku tau kau
merasa damai akan datangnya hujan yg setia. hujan dan angin malam pelepas
dahaga. Semoga aku dan kau bertahan dan bertambah kesyukuran atas rahmat-Nya”.
engkau bilangg, “syukurlah
ia datang, walau sebentar aku tidak menyadari dia hadir, menemani diatas
ketidaktahuanmu. karena kamu telah lelap dengan tidur kelabumu”
Mari
sayangku, bangunlah. Mendungnya hatimu membuatmu tidak merasakan bahwa berkat
datang menghujani kelamnya bumi.
Menghadaplah
pada-Nya,
Dialah
sumber suka dan dukamu. Kembalilah kepelukan-Nya. Hangat-Nya akan membinasakan
beban dan keresaham jiwamu. Hangat-Nya akan menjawab kegelisahan atas
pertanyaan-pertanyaan sanubarimu.
Percayalah
sayangku,
Sendu tak akan kembali untuk merongrong langit-langit jiwamu. Niscaya bunga
tak lagi satu warna, bunga-bunga kian tumbuh mekar berbunga dan aku menyebutnya penuh
warna-warni. Inilah kebahagiaan yang dititipkan oleh-Nya
kepadamu. Kelestarian, bahagia kekal selamanya.
“perkataan
apakah yang layak terucap dari mulutku? kata kata itu membautku mulutku tak mampu
berucap”
Sesingkat
dan sepanjang apapun kata yang kau lantunkan kepadaku, internalku tidak
berpengaruh terhadap rasa yang telah tertanam oleh bibit bunga yang sudah mekar. Katakanlah apa
yang selayaknya kau katakan kepadaku, selayaknya kepada meraka dan selayaknya kepada
Tuhanmu.
“Semoga
engkau mendapat kebaikan”
Duhaiii kekasihku,
Sudah
terlalu banyak dosa yang kubawa dari masa lalu, masa lalu yang begitu hitam.
Aku tidak berharap kebaikan datang kembali kepada ku. Penyesalanlah yang
menaungi keseharianku. Syukur Dia masih
mengijinkan ku untuk tetap menjalani kehidupan. Aku berharap Dia mendengar
pengakuanku. Ucapan beribu syukur sudah selayaknya terucap dari mulut kotor
nanbusuk ini.
Kekasihku,
Istrahatlah,
berilah apa yang menjadi bagian dan hak tubuhmu.
aku bermimpi, “aku menjagamu malam ini, tanpa kau tau bahwa aku menemani lelapnmu."
Ternyata hanya lamunan saja,
Ternyata hanya lamunan saja,
nyatanya, Disini
aku masih berdiskusi dengan malan dan hujan, adakah kita yang tau berapa lama
perjalanan hujan dari langit menempuh tanah dimana kita berpijak saat ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar