Minggu, 28 Agustus 2016

Menemukan Potensi Diri

Tepat pukul 13.09 WIB, setelaha menyelesaikan perkuliahan strategi belajar mengajar, aku langsung menuju kekantin dan segera memesan teh manis panas. supaya hari hariku tetap manis speerti yang kuharapkan. aku duduk sambil mengetik dan sambil mendengarkan wanita yang disamping ku tertawa ria, walau aku tak tau apa yang hendak dia tertwakan, aku asyik aja mengetik kata-kata ini, karena akua tau dia pasti memperhatikan apa yang sedang aku ketik ini. namun tetpa kubiarkan dia tetap memperhatikan apa yang kuketik ini, kubiarkan dia mmalu sendiri, hingga akhirnya dia menundukkan kepalanya. okeh... back to topic.. hehehhehe

hari ini aku merasa menemukan pribadi yang baru setelah keluar dari ruangan Audio Visual Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan. aku sangat senang dengan dosen pengampuh mata kuliah kami, biasa dipanggil pak Sidik.
awal masuk perkuliahan dengan beliau, saya memaparkan hasil analisisku terhadap film "3 Idiot", film yang berasal dari negeri India. dimana film ini sangat berpengaruh terhadap dunia pendidikan yang sesungguhnya.
nah... aku akan mencoba memaparkan hasil analisisku tentang film ini, sembari membagai ilmu kepada teman-teman sekalian yang hendak membaca blog saya ini.

sekedar pengantar
dunia pendidikan merupakan dunia dimana segala bentuk manusia, baik suku, agama, warna dan lain sebagainya. SD, SMP dan SMA adalah tempat awal dimana karakter anak anak yang menjadi penerus bangsa. guru, orangtua dan teman berpengaruh besar dan menentukan menjadi apa mereka dan apa tujuan mereka diperguruan tinggi yang mereka inginkan nanti.
3 idiot merupakan sebuah film anak kuliahan atau kampus yang mungkin sengaja dibuat oleh penggiat kampus, seperti mantan anak kuliahan, mantan aktifis dan lain sebagainya. pokoknya yang pernah merasakan dunia kampuslah....
kuliah memang sudah menajdi keharusan bagi pemuda-pemudi dizaman edan ini, teknologi semakin canggih. semua sudah bisa dikatakan canggih, tinggal cara kita bagaimana menyikapi hal ini. masa depan anak kuliahan 70% akan dibentuk di perkuliahan mereka sendiri,, apa tujuan dan maksud mahasiswa berkuliah.
ada mahasiswa yang hanya mengejar nilai,
ada mahasiswa yang takut mengembangkan talentanya,
ada mahasiswa yang tidak mengerti apa jati dirinya.
ada mahasiswa penjilat.
jadi bisa dikatakan sebenarnya bahwa mahasiswa tidak ada bedanya dengan binatang bunglon, yang bisa mengganti warna kapan dan dimana pun dia berpindah tempat. begitulah mahasiswa ketika berjumpa dan berhadapan dengan dosen merka masing masing.
namun adapulak mahasiswa yang benar-benar blak blakan dan melawan ketiak mereka tidak mengerti apa yang diajarkan dan mungkin tidakk sesuai dengan apa yang dipikirkan mahasiswa tersebut. namun itu buaknlah menjadi suatu masalah yang besar, masalahnya ada bagaimana mahasiswa dapat mencapai dan menemukan potnesi diri mereka masing masing.
dosen bukanlah segalanya, dosen tak selamanya benar. dosen berhak untuk dikritik.
suasana di film 3 idiot sama persis dengan suasana yang terjadi dengan di jurusan saya.

 orang tua juga berperan penting dalam menentukan nasib anaknya yang sedang berkulliah, orang tau harus mengetahui bakat dan kemampuan yang dimilikinya,
teman juga sangat mengambil andil dalam menumbuhkan sikap mental yg kuat dan yang akan tumbuh dalam pribadi mahasiswa. karena ketika teman mengejek dan menertawakan siapa lagi yang akan mendukung dia. saat sepertilah mental akan roboh dan hancur berkeping keping.

setelah mengetahui potensi diri, dan memilik ilmu pengetahuan yang luas, percayalah kita dapat dipekerjakan dan kita dapat membuka lapangan kerja. setelah itu semua, Cinta pun tak akan Kemana.
jadiilah mahasisswa  sejati...!!!!!
salam mahasiswa!!!!


penulis adalah mahasiswa jurusan pendidikan sejarah universitas negeri medan dan aktif di Kelompok Diskusi BARSDem, Aktif juga di UKM-KP FIS, dan juga sebagai ketua Koodiantor HMJ (himpunan mahasiswa jurusan) Sejarah.

Hubungan Evaluasi didalam Kurikulum dan Pengajaran



BAB I
PENDAHULUAN
A.       Pengantar
Pengendalian mutu pendidikan pada hakikatnya adalah pengendalian mutu sumber daya manusia yang berada dalam sistem tersebut. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat efektivitas pengendalian dibutuhkan informasi tentang keadaan peserta didik apakah ada perubahan, apakah guru berfungsi, apakah sekolah mendukung pelaksanaan program-program pendidikan sehingga hasilnya dapat dicapai secara optimal. Salah satu informasi dalam pengendalian mutu tersebut dapat diperoleh melalui evaluasi, penilaian, pengujian dan pengukuran pendidikan yang valid, kredibel, komparabel dan dilakukan secara profesional serta independen. Penilaian seperti diharapkan sebagai instrumen penjaminan mutu, pengendalian dan perbaikan sistem mutu pendidikan, baik ditingkat kelas, sekolah, regional, maupun ditingkat nasional, bahkan ditingkat internasional (Majid, 2014:1).
Usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaian. Keduanya saling terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong pengajar untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi pelajar untuk yang lebih baik. Dengan demikian, salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah proses pembelajaran yang dilakukan, sedangkan salah satu faktor penting untuk efektivitas pembelajaran adalah faktor evaluasi baik terhadap prosesi maupun hasil pembelajaran. Evaluasi dapapt mendorong siswa untuk lebih giat belajar secara terus menerus dan juga mendorong pengajaruntuk lebih meningktatkan kualitas proses pembelajaran serta menolong pendidikan untuk lebih meningkatkan fasilitas dan kualitas manajemen pendidikan (Dr.S. Eko Putro Widoyoko, M.Pd. evaluasi program pembelajaran).
Istilah evaluasi bukan lagi merupakan suatu kata yang asing dalam kehidupan masa sekarang, apalagi bagi orang yang terlibat dalam dunia pendidikan. Aktifitas evaluasi ini sudah dilakasanakan manusia sejak zaman dahulu, sejak mulai berpikir. Istilah evaluasi sekarang sudah mempunyai pedanan kata dalam bahasa indonesia, yaitu penilaian. Kenyataannya sekarang ini banyak orang melakukan kegiatan evaluasi, tetapi tidak mempunyai pemahaman yang utuh terhadap istilah evaluasi tersebut. Hal ini tentunya akan menimbulkan masalah dalam proses pendidikan pada umumnya, dan proses pembelajaran pada khususnya. Sebagai komponen kurikulum, sebagai rencana, dan sebagai kegiatan, peran evaluasi sangat menentukan. Evaluasi bukan saja memberikan informasi mengenai tingkat pencapaian keberhasilan belajar siswa, tetapi juga dapat memberikan informasi mengenai komponen kurikulum lainnya (Sudaryono, 2012:36).
Ciri-ciri evaluasi adalah kegiatan yang mengarah ke berbagai halyang berkenaan dengan proses penentuan nilai, faidah dan pengontrolan penyimpangan melalui pendekataan logis yang berdasarkan pada berbagai fakta empiris  dan meliputi cakupan yang komprehensif.  Atas dasar uraian tersebut, maka pada hakikatnya evaluasi itu terjadi pada setiap unsur kegiatan atau kehidupan, baik kegiatan yang didasari maupun yang tidak disadari oleh pelakunya.
Dalam bidang pendidikan, kegiatan evaluasi merupakan kegiatan utama yng tidak dapat ditinggalkan. Begitu juga  proses evaluasi pada kegiatan belajar mengajar hampir terjadi disetiap saat, tetapi tingkat formalitas berbeda beda. Evaluasi berhubungan erat dengan tujuan intsruksional, analisiss kebutuhan dan proses belajar mengajar.

B.       Identifikasi Masalah
1.    Pengertian evaluasi dalam pengajaran!
2.    Fungsi evaluasi dalam proses belajar mengajar!
3.    Hubungan antara pengajaran dan objek evaluasi!
4.    Kedudukan evaluasi dalam kurikulum!



C.       Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian evaluasi dalam pengajaran?
2.    Apa fungsi evaluasi dalam proses belajar mengajar?
3.    Bagaimana hubungan antara pengajaran dan objek evaluasi?
4.    Bagaimana kedudukan evaluasi dala kurikulum?

D.      Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah Untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar Sejarah. Selain itu juga untuk mengetahui dan memahami apa dan bagaimana itu evaluasi, baik dari segi pengertian, fungsi dan lain sebagainya.




















BAB II
PENDAHULUAN

A.       Penegrtian Evaluasi dalam Pengajaran
Menurut KBBI evaluasi secara teknisnya adalah penilaian, namun apakah penilaian itu sama dengan evaluasi. Ini merupakan salah satu kebingungan dalam penulisan ini. Namun walaupun begitu, menurut Mukthar (2003) dalam bukunya sudaryono (2012) mengatakan bahwa, seorang guru yang terlibat dalam pembuatan keputusan, harus berdasarkan pada pertimbangan yang matang. Artinya untuk melakukan pertimbangan sebelum membuat keputusan itu diperlukan informasi yang tepat dan benar. Proses penentuan informasi yang dperlukan, pengumpulan dan penggunaan informasi tersebut untuk melakukan pertimbangan sebelum membuat keputusan, itulah yang dinamakan penilaian atau evaluasi. Tepat atau tidaknya suatu keputusan tergantung kepada kualitas proses penilaian yang dilakukan.
Sedangkan suharsimi arikunto (2011) dalam bukunya, Dua langkah kegiatan yang dilalui sebelum mengambil barang untuk kita, itulah yang disebut mengadakan evaluasi, yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat mengadakan penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran terlebih dahulu. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan asatu ukuran, pengukuran yang bersifat kuantitatif. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Mengadakan evaluasi harus meliputi kedua langkah diatas yakni mengukur dan menilai.
Dalam kenyataannya, ada empat istilah yang berhubungan satu sama lain, tetapi pada dasarnya memiliki makna yang berbeda, yaitu Tes, Pengukuran, Pengujian, Penilaian dan Evaluasi. Istilah tes menurut mehrens dan lehman(2003) adalah menyatakan ppemberian suatu daftar pertanyaan yang standar untuk dijawab. Karakteristiknya tes merupakan suatu daftar pertanyaanm yang harus memenuhi persyaratan tertentu. Kemudian, pengukuran merupakan suatu deskripsi kuantatif tentang keadaan suatu hal sebagaimana adanya, perilaku yang tampak pada seseorang atau prestasi yang diberikan oleh seorang siswa. Popham (1995) mngatakan bahwa pengukuranpengukur dalam pendidikan hanyalah sekedar penentuan derajat yang dimiliki seseorang menggenai suatu ciri tertentu. Pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan penilaian. Penilaian adalah istilah istilah umum yang mencakup semua metode yang digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik. Dengan kata lain penilaian berarti mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk. Penilaian adalah kegiatan yang dirancang untuk mengukur tingkat pencapaian siswa dalam belajar yang diperoleh melalui penerapan program pengajaran tertentu dalam tempo yang relatif singkat.
Sedangkan evaluasi (evaluation) mencakup pengertian ketiga istilah tersebut diatas, yaitu suatu rangkaian kegiatan untuk mengukur sistem efektifitas sistem pembelajaran secara keseluruhan.
Secara khusus ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa pakar adalah sebagai berikut:
a.       Edwin Wandt dan Gerald W. Brown (1997) mengemukakan: istilah evaluasi menunjukkan pada suatu pengertian yaitu suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu.
b.      Ten Brink dan Terry D (1994) mengemukakan: evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi dan menggunakannya sebagai bahan untuk pertimbangan dalam membuat keputusan.
c.       Suharsimi arikunto (2004) mengemukakan: evaluasi adalah kegiatan mencari yang berharga tentang sesuatu, dalam kegiatan mencari sesutau tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dengan demikian, evaluasi berarti menentukan menentukan sampai seberapa jauh sesuatu itu berharga, bermutu, atau bernilai. Evaluasi terhadap proses pembelajaran mengandung yang dicapai oleh siswa dan terhadap proses pembelajaran mengandung penilaian tehadap hasil belajara atau proses belajar itu, sampai seberapa jauh keduanya dapat dinilai baik.
B.       Fungsi Evaluasi dalam proses belajar mengajar
Dalam penggunaannya, sering terjadi kerancauan antara istilah tujuan dan fungsi, memang dalam kenyataanny, fungsi evaluasi berkaitan erat dengan tujuan dilakukannya evaluasi. Namun hal ini bukan berarti bahwa antara keduanya tidak dapat dibedakan. Perbedaan defenisi antara keduanya sebenarnya sudah cukup memberikan alasan mengenai adanya perbedaan tersebut. Tujuan berhubungan dengan sesuatu yang ingiin dicapai, sedangkang fundsi merupakan kedudukan dinamis yang dimiliki oleh evaluasi dalam usaha mencapai tujuan. Dallam dunia pendidikan, khususnya pembelajaran, evaluasi memiliki makna yang dapat ditinjau dari berbagai segi, seperti makna bagi siswa, makna bagi guru dan mkna bagi sekolah (Sudryono, 2012:49)
Menurut suharsimi (2004) dan (2003) tindak lanjut dari kegiatan evaluasi sebagai suatu aktivitas untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai tingkta pencapaian tujuan pembelajaran pada siswa merupakan fungsi evaluasi yang masing masing dapat dilakukan melalui pengadaan tes sebagai berikut:
1.      Evaluasi berfungsi sebagai Penempatan
Evaluasi jenis ini sebaiknya dilaksakan sebelum siswa mengikuti proses pembelajaran yang permulaan, atau siswa tersebut baru akan mengikuti pendidikan disuatu tingkat tertentu, yaitu pada awal tahun ajaran, untuk mengetahui keadaan siswa tersebut dan mengukur kesiapannya serta tingkat pengetahuan yang telah dicapai sehubungan dengan pelajaran yang akan diikutinya. Dengan tes ini siswa dapat ditempatkan pada posisi yang tepat, berdasarkan bakta, minat, kesanggupan, dan kepada yang lainnya, agar ia tidak mengalami hambatan dalam mengikuti setiap program atau bahan yang disajikan.
2.      Evaluasi berfungsi Formatif
Evaluasi ini dilakukan ditengah-tengah program pembelajaran, yang bermaksud untuk memantau kemajuan belajar siswa guna memberikan umpan balik, baik kepada siswa maupun kepada guru. Berdasarkan hasil tes ini, guru dan siswa dapat mengetahui apa yang masih perlu dijelaskan kembali agar materi pelajaran dapat dikuasai dengan baik. Siswa dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih belum dikuasainya agar dapat mengupayakan perbaikannya, sementara guru dapat melihat bagian bagian mana yang umumnya belum dikuasai siswa sehingga dapat menguapayakan penjelasan yang lebih baik dan luas agar bahan tersebut dapat  dikuasai oleh siswa.
3.      Evaluasi berfungsi Diagnostik
Evaluasi jenis ini berfungsi untuk mengetahui masalah-masalah apa yang dialami siswa sehingga ia mendapat kesulitan dalam belajar. Apabila alat yang diguakan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya guru akan mengetahui kelemahan siswa dan faktor faktor penyebab terjadinya hal tersebut. Dengan demikian, guru dapat membantu mengatasi kesulitan atau hambatan yang dialami oleh siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran pada suatu bidang studi atau keseluruhan  program pengajaran.
4.      Evaluasi berfungsi Sumatif
Evaluasi ini biasanya diberikan pada akhir tujuan ajaran atau akhir suatu jenjang pendidikan, yang dimaksud untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Hal ini tentunya tergantung pada berbagai faktor, faktor guru, siswa, kurikulum, metode mengajar, saran dan lain sebgainya.
5.      Evaluasi berfungsi Selektif
Dengan cara mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penempatan terhadap siswanya. Penelitian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain: untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu, untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya, untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa dan untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan lain sebagainya.
6.      Evaluasi berfungsi sebagai Pengukur Keberhasilan
Fungsi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Sebagaimana kita ketahui bahwa keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor guru, metode pembelajaran, kurikulum, sarana dan sistem administrasi yang berlangsung dalam proses pembelajaran.

C.       Hubungan antara Pengajaran/pembelajaran dan Evaluasi
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan  nyata pada seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajardapat didefenisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi pada seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya. Karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar (Daryanto, 2010:2)
Menurut KKBI, pembelajaran merupakan proses, cara ataupun perbuatan menajdikan orang atau maklhuk hidup belajar/mempelajari. Sedangakan pengajaran adalah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku seorang siswa. Dengan kata lain pengajaran dapat membuat orang lain menjadi orang lain, dalam hal apa yang dia lakukan dan apa yang dapat dicapainya. Proses pembelajaran juga merupakan suatu proses meningkatkan kemampuan siswa, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
Ada tiga perilaku mengajar yang dapat dilakukan oleh seorang guru, yaitu pembelajaran individual, pembelajaran kelas kelompok, dan pembelajaran klasikal. Ketiga ini merupakan bentuk bentuk pengajaran yang dilakukan oleh pengajar terhadap siswanya (Sudaryono, 2014:66)
Sebetulnya secara garis besar teradapat dua kegiatan evaluasi, yaitu evaluasi terhadap hasil belajar siswa dan juga proses pengajarannya. Inilah yang menjadi topik pembahasan dalam sub bab ini, tentang bagaimana kaitan dan hubungan antar pengajaran dan evaluasi. Pengajaran merupakan bagian dari program, maka dari itu kita akan membahas terlebih dahulu apa itu evaluasi program, mengapa guru perlu melakukan evaluasi program pengajaran, apa saja objek atau sasaran dala evaluasi program dan bagaimana cara melakukan evaluasi program.
1.      Apa itu evaluasi program?
Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Dalam KBBI tertulis bahwa program adalah rencana. Program adalah kegiatan yang direncanakan secara seksama. Maka melakukan evluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan.
Penyelenggaraan pendidikan bukan sesederhana mengadakan peralatan penikahan. Dampak pendidikan akan meliputi banyak orang dan menyangkut banyak aspek. Oleh karena itu, kegiatan pendidikan harus di evaluasi agar dapat dikaji apa kekurangannya dan kekurangan tersebut akan dipertimbangkan untuk pelaksanaan pendidikan pada waktu lain.evaluasi program biasanya dilakukan untuk mengambil kebijaksanaan dan untuk menentukan kebijaksanaan selanjutnya. Langkah evaluasi tidak dilakukan dengan serampangan tetapi sistematis, rinci, dan menggunakan prosedur yang sudah diuji secara cermat.
2.      Mengapa guru perlu melakukan evaluasi program?
Guru adalah orang yang paling penting statusnya dalam kegiatan belajar mengajar karena guru memegang tugas yang amat penting yaitu mengatur dan mengemudikan bahtera kehidupan kelas. Didalam melaksanakan tugas yang penting mneciptakan suasana kelas tersebut guru berupaya sekuat tenaga agar kehidupan kelas dapat berjalan mulus. Untuk menjawab sebab apa guru melakukan evaluasi program, terlebih dahulu kita tahu tentang siapa saja yang dapat melakukan kegiatan evaluasi program tertentu (evaluator). Ada dua bentuk evaluator yakni internal evaluator dan eksternal evaluator. Masing masing keduanya memiliki kelemahan.
a.       Evaluator dalam sangat memahami seluk beluk kegiatan, tetapi ada kemungkinan dapat dipengaruhi keinginan untuk dapat dikatakan programnya berhasil. Dengan kata lain evaluator dalam dapat diganggu oleh unsur subjektivitas. Jika hal itu terjadi, data yang terkumpul kurang benar dan kurang akurat meskipun barang kali cukup lengkap.
b.      Evaluator luar, mungkin menjumpai kesulitan dalam memperoleh data yang lengkap karena ada hal hal yang disembunyikan oleh para pelaksana program. Namun karena evaluator tidak berkepentingan akan nama baik program, maka data terkumpul dapat lebih objektif.
Untuk memperbaiki proses pengajaran yang akan dilaksanakan lain waktu, guru perlu mengetahui seberapa tinggi tingkat pencapaian dari tugas yang telah dikerjakan selama kurun waktu tertentu. Dalam hal ini guru tidak dikhwatirkan tidak menutupi kekurangannya atau kurang objektif karena evaluasinya tidak akan dilaporkan dan diketahui oleh siapaundi luar dirinya.
3.      Objek atau Sasaran Evaluasi Program
Untuk dapat mengenal sasaran evaluasi secara cermat, kita perlu memusatkan perhatian pada aspek-aspek yang bersangkut paut dengan keseluruhan kegiatan belajar mengajar. Untuk itu ada baiknya kita mengenal kembali model transformasi proses pendidikan formal disekolah. Didalam proses transformasi, siswa yang baru masuk mengikuti proses pendidikan dipandang sebagai bahan mentah yang akan diolah melalui pengajaran. Siswa yang baru masuk (input) ini memiliki karakteristik atau kekhususan sendiri-sendiri, yang banyak mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Disamping itu ada masukan lain berpengaruh dalam keberhasilan belajar siswa, yaitu masukan instrumental adalah materi(kurikulum), guru, metode mengajar dan sarana pendidikan. Siswa yang dimmasukkan ke dalam alat pemroses yaitu transformasi dan sudah menjadi bahan jadi dikenal dengan istilah hasil atau keluaran (output). (Arikunto, 2011:290-294)

D.       Kedudukan evaluasi didalam kurikulum
Pengertian modern, kurikulum meliputi segala aspek kehidupan dan lapangan hidup manusia dalam masyarakat modern ini yang dapat dimasukkan ke dalam tanggungjawab sekolah, yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan pribadi murid serta memberi sumbangan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat. Pengertian kuirkulum dalam KBBI adalah perngkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan ataupun perangkat mata kuliah mengenai bidang keahllian khusus.
Di Indonesia, kurikulum berlaku secara nasional karena kita menganut sistem sentralisasi. Di Indonesia ini kurikulum disusun bersama oleh direktorat yang mengelola jenjang dan jenis sesuatu sekolah bersama dengan Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan (PusBangKurRanDik) Balitbang Dikbud. Untuk kurikulum sekolah dasar, yang bertanggungjawab menyusun dan mengembangkan kurikulumnya adalah Direktorat Pendidikan Dasar (Ditdikdas) yang bernaung dibawah direktorat jenderal pendidikan dasar dan menengah. Pusbangkurrandik balitbang yang mempunyai tugas meneliti dan mengembangkan kurikulum dan sarana pendidikan untuk semua jenjang dan jenis sekolah melakukan koordinasi, penyusunan dan pengembangan untuk SD tersebut. Untuk kurikulum SMP misalnya, Pusbangkurrandik balitbang juga mengkoordinasikan penyusunan dan pengembangan kurikulum bersama penanggungjawab sekolahnya, yaitu direktorat Pendidikan Menengah Umum (Ditdikmenum).
Apa sebab Pusbangkurrandik mengkoordinasikan menyusun dan mengembangkan kurikulum semua jenjang dan jenis sekolah? Jika kita ingat bahwa tugas balitbang sebagai lembaga adalah melakukan penelitian dan mengembangkan hal hal yang berkaitan dengan pendidikan diseluruh negara, melakukan evaluasi program terhadap semua pelaksanaan pendidikan. Jika ruang lingkup yang dievaluasi oleh guru hanya sebatas pada kegiatan belajar mengajar dikelasnya sendiri, maka ruang lingkup dan wilayah yang di evaluasi oleh balitbang Dikbud meliputi berbagai jenis kegiatan pendidikan di departemen pendidikan dan kebudayaan. Dari kegiatan evaluasi inilah balitbang mempunyai data yang lengkap tentang tingkta keberhasilan tiap-tiap kegiatan pendidikan dan berdasarkan atas data ini pulalah balitbang bersama direktorat merevisi dan menggembangkan kurikulum (Arikunto, 2011:296).

























BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Seperti yang telah dijelaskan bahwa evaluasi itu dapat diterapkan pad unsur kegiatan pendidikan, yang ada pada tahap perncenaan, pelaksanaan dan cakupan kegiatan yang kekcil maupun nasional. Hal ini terbukti bahwa peranan evaluasi pad hakikatnya sangat luas. Dengan demikian manfaat utama evaluasi dalam bidang pendidikan dapat disimpulkan antara lain meliputi:
1.      Tingkat Mutu Program Intruksional
2.      Meningkatkan Motivasi setiap Siswa
3.      Mengkomunikasikan Hasil Belajar
4.      Akreditasi Sekolah
5.      Perbaikan sistem administrasi
6.      Pembuatan keputusan
Dengan demikian tujuan utama melakukan evaluasi dalam pembelajaran adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan pembelajaran pada siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Pengevaluasian dapat dilakukan melalui pengadaan tes, sebagai berikut:
1.      Evaluasi berfungsi sebagai penempatan (placement test)
2.      Evaluasi berfungsi formatif (formative test)
3.      Evaluasi berfungsi diagnostik (diagnosic test)
4.      Evaluasi berungsi sumatif (sumative test)
5.      Evaluasi berfungsi selektif
6.      Evaluasi berfungsi sebgai pengukur keberhasilan






Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
Daryanto, Drs. 2010. Belajar dan Mengajar.
Bandung: Yrama Widya
Sudaryono, Ir. M.Pd. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Dr.S. Eko Putro Widoyoko, M.Pd. evaluasi program pembelajaran




oleh: Agum Patria Silaban

Selasa, 23 Agustus 2016

Pengalaman pada saat penelitian di desa Sianjur Mula Mula


1. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sianjur Mula Mula
Desa Sianjur Mula Mula adalah desa yang terletk di Kecamatan Pangururan, Kabupaten Toba Samosir. Menurut Legenda/Mitologi Suku Batak bahwa Desa Sianjur Mula Mula merupakan tempat Asal Muasal dari keberadaan uku Batak dan dipercayai sebagai tempat turunnya Si Raja Batak (Nenek Moyang Orang Batak Toba). Desa Sianjur Mula Mula dihuni oleh Marga Asli uku Batak yaitu Marga Sagala, ebagai keturunan langsung dari Si Raja Batak, selain Marga Sagala sebagai penduduk ali Desa tersebut, terdapat juga Marga Pendatang yang menetap di Desa Sianjur Mula Mula diantaranya ialah marga : Limbong, Sihotang, Simbolon dan Galingging. Marga-marga Pendatang terebut masuk dan menjadi penduduk Desa Sianjur Mula Mula melalui proses Pernikahan antara Marga Asli desa tersebut dengan Marga Pendatang yang kemudian bertempat tinggal dan membentuk keluarga.Penduduk Desa Sianjur Mula Mula melaksanakan Kegiatan Ekonominya dengan cara memanfaatkan lahan Pertanian sebagai Mata Pencaharian mereka. Adapun sektor Pertanian yang lain adalah dengan memanfaatkan Lahan tersebut untuk menanam Jagung, Kacang Tanah dan Bawang setelah masa panen padi selesai. Sebagian Masyarakat Desa Sianjur Mula Mula juga ada yang berfrofesi sebagai Petani Kopi sebagai mata Pencaharian Utama. Selain berfrofesi menjadi petani sebagai mata pencaharian utama, masyarakat Sianjur Mula Mula juga memelihara hewan ternak seperti Kerbau, Kambing, Ayam, Ikan, Baebek dan Babi untuk sumber penghasilan yang lain bagi mereka.
Jika sudah masa panen penduduk Sianjur Mula Mula tidak langsung menjual hasil panennya ke pasar tetapi kepada tengkulak (pengepul) yang biasa menampung hasil panen mereka. Hal ini dikarenakan jarak tempat tinggal mereka yang jauh dari pasar dan juga kondisi geografi tempat tinggal mereka yang berada di pegunungan sehingga menyulitkan mereka untuk menjual langsung hasil panennya. Dari hasil Panen terebut Penduduk Sianjur Mula Mula mendapatkan penghaislan yang berbeda (bervariasi) tergatung dari jenis tanaman yang ditanam dan luas lahan pertanian yang mereka miliki. Misalnya Penduduk Sianjur Mula Mula yang berprofei sebagai Petani Padi mampu menghasilkan sekitar Rp. 4000.000 dengan satu kali panen yaitu dengan lama panen antara empat sampai enam bulan sekali dalam satu tahun, dengan luas tanah 5 hektar atau 200 m. Selain itu Petani Kopi dapat menghasilkan 10 kaleng kopi dalam satu kali panen dan dalam waktu satu minggu dapat memanen sebanyak 2 kali. Serta untuk menambah penghasilannya mereka menanam bawang, kacang tanah, dan jagung. Masyarakat Sianjur Mula Mula menggunakan penghasilan utamanya yaitu dari bertani padi dan kopi adalah untuk membiayai pendidikan anak-anaknya sedangkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka mendapatkannya dari hasil bertani bawang, kacang tanah jagung erta menjual ternak-ternak yang mereka miliki. Jadi pada kesimpulannya masyarakat Desa Sianjur Mula Mula tidak cukup hanya bertani dalam memnuhi kebutuhan hidupnya dan itu  menunjukkan Pengeluaran Masyarakat Desa Sianjur Mula Mula lebih Besar daripada Pendapatan yang mereka miliki.



2. Tradisi dan Budaya Masyarakat Desa Sianjur Mula Mula
Masyarakat Desa Sianjur Mula Mula masih memegang teguh Ajaran Ajaran ataupun Adat Itiadatsehingga mereka masih mengamalkan hal hal yang berhubungan dengan Spritual serta menjadikan nilai nilai tersebut sebagai suatu Ketentuan-Ketentuan yang berlaku di Mayarakat dan tidak boleh dillanggar, Ini bisa dibuktikan dengan mereka sangat merahasiakan  cerita-cerita ataupun Mitologi tentang Asal-usul Nenek Moyang mereka yaitu si Raja Batak kepada Mayrakat Umum.
Masyarakat Desa Sianjur Mula Mula memilki Tradisi Yang Unik dan merupakan tradisi yang diwariskan secara turun temurun misalnya Kebiasaan Memakan Daun Sirih yang hanya boleh dilakukan oleh orang yang telah berumur 50 tahun keatas, bagi Orang Batak Toba kebiasaan Memakan Sirih memiliki manfaat yaitu, Untuk Menambah Darah, Menghilangkan Sakit Gigi serta Untuk Memperkuat Gigi. Masyarakat Desa Sianjur Mula Mula juga memiliki Upacara Upacara adat yang masih mereka lakukan diantaranya Upacara Adat untuk menghormati Orang Yang telah meninggal yang diesebut Mangapuli dan Upacara Adat untuk pernikahan yang disebut Nagok. Masyarakat Batak Toba Juga meiliki Traian Tradisional seperti tarian Tor-tor Toba yang saat ini biasa di gunakan sebagai Tarian untuk Penyambutan.
Selain Tarian dan Upacara Adat,dalam Segi Arsitektur  Masyarakat Batak Toba juga memmiliki Rumah Adat yang memiliki Keunikan dan Filosofi Tersendiri misalnya Bentuk Atapnya yang bagian Belakang Lebih Menjulang kaeatas daripada bagian ini diartikan sebagai Pengharapan Masyarakat Batak Toba agar Anaknya memiliki kemajuan dari Generasi ke Generasi, dan disisi depan rumah terdapat gambar cicak yang dipercayai sebagai pelindung rumah mereka dan Juga Pintunya yang berukuran kecil ini memiliki makna agar setiiap keluarga batak toba memliki kerendahan hati dalam hidup.
     Temuan Temuan Arkeologi
      Selama Proses Eskavasi yang dilakasanakan tanggal 14-15 September 2014,        Tim Balai arkeologi masih menemukan benda-benda diantaranya yaitu:
·         1. Pecahan Gerabah
·         2. Pecahan Batu Bata
      3. Pecahan Kaca
·         4. Kulit kerang
·         5. Potongan Arang
·         6. Potongan Kayu
·         7. Pecahan Keramik
·         8. Manik-Manik
·         9. Tulang


Rabu, 18 Mei 2016

“Gereja yang kelihatan dan Gereja yang tidak Kelihatan”



Oleh: Agum Patria Silaban
Kitab Perjanjian Baru, khususnya dalam Matius 16, 18, mempergunakan kata “Ekklesia” untuk istilah Gereja. Sedangkan dalam Kitab Perjanjian Lama menggunakan kata “Kahaal”. Pada zamannya orang-orang Timur Dekat menggunakan istilah Ekklesia untuk menggambarkan suatu perkumpulan warga masyarakat secara umum. Persekutuan ini kadang-kadang dimaksud untuk suatu pertemuan resmi dan kadang-kadang untuk suatu kerumunan  massa yang terjadi akibat suatu peristiwa (Kisah Para Rasul 19:32, 39 dan 41). Kemudian pemahaman Ekklesia ini berkembang menjadi suatu persekutuan yang khusus bagi jemaat atau umat Allah dalam rangka beribadat kepada Tuhan. yang sampai saat ini kata Ekklesia atau Gereja dipahami sebagai persekutuan orang-orang kudus (Pengakuan Iman Rasuli). Bangsa Yahudi lebih suka menyebut rumah peribadatan mereka dengan kata “Synagoge”.
Ekklesia dan Kahaal member syarat bahwa gereja merupakan suatu persekutuan orang-orang telah di panggil dan di persekutukan oleh Allah. Dari kedua bentuk persekutuan ini dengan mudah dapat di bedakan apa yang di sebut “Gereja yang Keliahatan” dan “Gereja yang tidak Kelihatan”. Dan memang gereja harus di bedakan dari sudut pandang yang berbeda, yaitu yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Gereja yang kelihatan dapat di pahami sebagai suatu persekutuan orang-orang yang selalu berselisih paham oleh sebab kadar egoismenya yang tinggi atau persekutuan orang-orang yang tidak saling mengasihi (yang selalu melakukan perbuatan jahat atau Dosa). Dengan formulasi sederhana bahwa gereja yang kelihatan adalah gereja yang dapat dilihat wujudnya dalam bentuk, tempat dan organisasi. Gereja yang kelihatan di pahami sebagai suatu persekutuan orang Kristen yang di landasi oleh iman yang teguh kepada Tuhan Yesus Kristus dan persekutuan orang –orang yang telah di sucikan Tuhan Yesus dan tidak mau di perbudak hawa nafsu dan dosa. Dengan singkat dapat di formulasikan bahwa gereja yang tidak kelihatan dipahami sebagai suatu gereja yang tidak hanya dapat dilihat dalam bentuk dan wujudnya karena sejatinya gereja hanya dapat di pahami didalam iman orang-orang percaya.
Namun, kedua sisi pandang gereja tersebut tidaklah dapat dipisahkan. Karena keduanya bagaikan dua sisi mata uang logam yang dimana kedua sisi pandang ini merupakan sisi pandang suatu gereja yaitu gereja Tuhan Yesus Kristus. Maka dari itu memahami kedua sisi ini haruslah ekstra hati-hati. Lagipula sisi gereja yang kelihatan dan yang tidak kelihatan mencakup semua orang-orang percaya kepada Yesus Kristus di sepanjang sejarah dan di seluruh dunia (bandingkan Roma 9:6; Matius 3:9).
Pada zaman Reformasi kedua sisi pandang ini menjadi sangat nyata dengan adanya teologi Gereja Roma Katolik yang menyatakan: “Extra Ecclesiam Nulla Salus”, artinya di luar gereja Katolik Roma tidak ada keselamatan. Pernyataan ini disanggah oleh Reformator dengan mengatakan bahwa “hanya ada satu gereja yang Kudus dan Am” dengan ini Reformator mengatakan bahwa tidak ada gereja yang sempurna karena masih banyak pengaruh-pengaruh dosa atas semua gereja. Dengan dasar inilah Reformator mengatakan bahwwa “ekklesia militans”, yaitu gereja yang sedang berperang. Gereja yang berperang melawan kemunafikan dan kesesatan. Hanya dengan pertolongan kepala gereja saja, yaitu Tuhan Yesus Kristus, gereja akan memenangkan peperangannya. Pertolongan ini terwujud nila Tuhan Yesus Kristus menenmpatkan jemaat di hadapannya tanpa cacat atau kerut atau yang serupa dengan itu (epesus 5:27). Pada saat inilah “Ekklesia Militans” berubah menjadi  “Ekklesia Triumphans”, yaitu Gereja yang Menang.