Oleh: Agum Patria Silaban
Kitab Perjanjian Baru, khususnya dalam Matius 16, 18,
mempergunakan kata “Ekklesia” untuk
istilah Gereja. Sedangkan dalam Kitab Perjanjian Lama menggunakan kata “Kahaal”. Pada zamannya orang-orang
Timur Dekat menggunakan istilah Ekklesia untuk menggambarkan suatu perkumpulan
warga masyarakat secara umum. Persekutuan ini kadang-kadang dimaksud untuk
suatu pertemuan resmi dan kadang-kadang untuk suatu kerumunan massa yang terjadi akibat suatu peristiwa (Kisah
Para Rasul 19:32, 39 dan 41). Kemudian pemahaman Ekklesia ini berkembang
menjadi suatu persekutuan yang khusus bagi jemaat atau umat Allah dalam rangka
beribadat kepada Tuhan. yang sampai saat ini kata Ekklesia atau Gereja dipahami
sebagai persekutuan orang-orang kudus (Pengakuan Iman Rasuli). Bangsa Yahudi
lebih suka menyebut rumah peribadatan mereka dengan kata “Synagoge”.
Ekklesia dan Kahaal member syarat bahwa gereja merupakan
suatu persekutuan orang-orang telah di panggil dan di persekutukan oleh Allah.
Dari kedua bentuk persekutuan ini dengan mudah dapat di bedakan apa yang di
sebut “Gereja yang Keliahatan” dan “Gereja yang tidak Kelihatan”. Dan
memang gereja harus di bedakan dari sudut pandang yang berbeda, yaitu yang
kelihatan dan yang tidak kelihatan. Gereja yang kelihatan dapat di pahami
sebagai suatu persekutuan orang-orang yang selalu berselisih paham oleh sebab
kadar egoismenya yang tinggi atau persekutuan orang-orang yang tidak saling
mengasihi (yang selalu melakukan perbuatan jahat atau Dosa). Dengan formulasi
sederhana bahwa gereja yang kelihatan adalah gereja yang dapat dilihat wujudnya
dalam bentuk, tempat dan organisasi. Gereja yang kelihatan di pahami sebagai
suatu persekutuan orang Kristen yang di landasi oleh iman yang teguh kepada
Tuhan Yesus Kristus dan persekutuan orang –orang yang telah di sucikan Tuhan
Yesus dan tidak mau di perbudak hawa nafsu dan dosa. Dengan singkat dapat di
formulasikan bahwa gereja yang tidak kelihatan dipahami sebagai suatu gereja
yang tidak hanya dapat dilihat dalam bentuk dan wujudnya karena sejatinya
gereja hanya dapat di pahami didalam iman orang-orang percaya.
Namun, kedua sisi pandang gereja tersebut tidaklah dapat
dipisahkan. Karena keduanya bagaikan dua sisi mata uang logam yang dimana kedua
sisi pandang ini merupakan sisi pandang suatu gereja yaitu gereja Tuhan Yesus
Kristus. Maka dari itu memahami kedua sisi ini haruslah ekstra hati-hati.
Lagipula sisi gereja yang kelihatan dan yang tidak kelihatan mencakup semua
orang-orang percaya kepada Yesus Kristus di sepanjang sejarah dan di seluruh
dunia (bandingkan Roma 9:6; Matius 3:9).
Pada zaman Reformasi kedua sisi pandang ini menjadi
sangat nyata dengan adanya teologi Gereja Roma Katolik yang menyatakan: “Extra
Ecclesiam Nulla Salus”, artinya di luar gereja Katolik Roma tidak ada
keselamatan. Pernyataan ini disanggah oleh Reformator dengan mengatakan bahwa
“hanya ada satu gereja yang Kudus dan Am” dengan ini Reformator mengatakan
bahwa tidak ada gereja yang sempurna karena masih banyak pengaruh-pengaruh dosa
atas semua gereja. Dengan dasar inilah Reformator mengatakan bahwwa “ekklesia
militans”, yaitu gereja yang sedang berperang. Gereja yang berperang melawan
kemunafikan dan kesesatan. Hanya dengan pertolongan kepala gereja saja, yaitu
Tuhan Yesus Kristus, gereja akan memenangkan peperangannya. Pertolongan ini
terwujud nila Tuhan Yesus Kristus menenmpatkan jemaat di hadapannya tanpa cacat
atau kerut atau yang serupa dengan itu (epesus 5:27). Pada saat inilah
“Ekklesia Militans” berubah menjadi
“Ekklesia Triumphans”, yaitu Gereja yang Menang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar