Rabu, 18 Mei 2016

“Gereja yang kelihatan dan Gereja yang tidak Kelihatan”



Oleh: Agum Patria Silaban
Kitab Perjanjian Baru, khususnya dalam Matius 16, 18, mempergunakan kata “Ekklesia” untuk istilah Gereja. Sedangkan dalam Kitab Perjanjian Lama menggunakan kata “Kahaal”. Pada zamannya orang-orang Timur Dekat menggunakan istilah Ekklesia untuk menggambarkan suatu perkumpulan warga masyarakat secara umum. Persekutuan ini kadang-kadang dimaksud untuk suatu pertemuan resmi dan kadang-kadang untuk suatu kerumunan  massa yang terjadi akibat suatu peristiwa (Kisah Para Rasul 19:32, 39 dan 41). Kemudian pemahaman Ekklesia ini berkembang menjadi suatu persekutuan yang khusus bagi jemaat atau umat Allah dalam rangka beribadat kepada Tuhan. yang sampai saat ini kata Ekklesia atau Gereja dipahami sebagai persekutuan orang-orang kudus (Pengakuan Iman Rasuli). Bangsa Yahudi lebih suka menyebut rumah peribadatan mereka dengan kata “Synagoge”.
Ekklesia dan Kahaal member syarat bahwa gereja merupakan suatu persekutuan orang-orang telah di panggil dan di persekutukan oleh Allah. Dari kedua bentuk persekutuan ini dengan mudah dapat di bedakan apa yang di sebut “Gereja yang Keliahatan” dan “Gereja yang tidak Kelihatan”. Dan memang gereja harus di bedakan dari sudut pandang yang berbeda, yaitu yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Gereja yang kelihatan dapat di pahami sebagai suatu persekutuan orang-orang yang selalu berselisih paham oleh sebab kadar egoismenya yang tinggi atau persekutuan orang-orang yang tidak saling mengasihi (yang selalu melakukan perbuatan jahat atau Dosa). Dengan formulasi sederhana bahwa gereja yang kelihatan adalah gereja yang dapat dilihat wujudnya dalam bentuk, tempat dan organisasi. Gereja yang kelihatan di pahami sebagai suatu persekutuan orang Kristen yang di landasi oleh iman yang teguh kepada Tuhan Yesus Kristus dan persekutuan orang –orang yang telah di sucikan Tuhan Yesus dan tidak mau di perbudak hawa nafsu dan dosa. Dengan singkat dapat di formulasikan bahwa gereja yang tidak kelihatan dipahami sebagai suatu gereja yang tidak hanya dapat dilihat dalam bentuk dan wujudnya karena sejatinya gereja hanya dapat di pahami didalam iman orang-orang percaya.
Namun, kedua sisi pandang gereja tersebut tidaklah dapat dipisahkan. Karena keduanya bagaikan dua sisi mata uang logam yang dimana kedua sisi pandang ini merupakan sisi pandang suatu gereja yaitu gereja Tuhan Yesus Kristus. Maka dari itu memahami kedua sisi ini haruslah ekstra hati-hati. Lagipula sisi gereja yang kelihatan dan yang tidak kelihatan mencakup semua orang-orang percaya kepada Yesus Kristus di sepanjang sejarah dan di seluruh dunia (bandingkan Roma 9:6; Matius 3:9).
Pada zaman Reformasi kedua sisi pandang ini menjadi sangat nyata dengan adanya teologi Gereja Roma Katolik yang menyatakan: “Extra Ecclesiam Nulla Salus”, artinya di luar gereja Katolik Roma tidak ada keselamatan. Pernyataan ini disanggah oleh Reformator dengan mengatakan bahwa “hanya ada satu gereja yang Kudus dan Am” dengan ini Reformator mengatakan bahwa tidak ada gereja yang sempurna karena masih banyak pengaruh-pengaruh dosa atas semua gereja. Dengan dasar inilah Reformator mengatakan bahwwa “ekklesia militans”, yaitu gereja yang sedang berperang. Gereja yang berperang melawan kemunafikan dan kesesatan. Hanya dengan pertolongan kepala gereja saja, yaitu Tuhan Yesus Kristus, gereja akan memenangkan peperangannya. Pertolongan ini terwujud nila Tuhan Yesus Kristus menenmpatkan jemaat di hadapannya tanpa cacat atau kerut atau yang serupa dengan itu (epesus 5:27). Pada saat inilah “Ekklesia Militans” berubah menjadi  “Ekklesia Triumphans”, yaitu Gereja yang Menang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar